Setiap manusia itu, katanya memiliki keunikan sendiri..yang nanti salah satu refleksinya ada pada loyalitas, tendensi skill, sudut pandang dll. klise memang berbicara ini pada kalian.
Rabu yang Abu-Abu.. tepat, head coverku abu-abu, dengan background langit abu-abu sedari tadi pagi, halte bis yang sangat ramai tapi orang-orang disana punya banyak ekspresi yang bergelayutan di air muka mereka, bis kota yang sesak, tapi sangat pendiam, tempat kerja yang biasa dengan sendirinya menepis segala-gala yang aku ingin tepis pun, benar-benar tidak bisa menepis segala-gala pagi ini.
Rabu Abu-Abu hari ini, berangkat dari kalimat tanyaku pada seseorang
" Apa kau sayang padaku? "
sayangnya tidak ada jawaban, benar-benar tidak dijawab.. anggap saja jawabannya adalah "tidak"
kemudian melanjutkan pencarianku tentang hidup teman-temanku dimasa lalu..mereka, terlihat semangat, hidup mereka benar-benar terbuka, aku..sampai bisa mendegar mereka berceloteh dari setiap posting yang mereka katakan disana, dihalaman elektronik itu, mereka terlihat sangat ceria, aku .aku tidak punya perasaan apapun membaca mereka, anggap saja, aku jadi pendengar dan pembaca yang buruk.
Aku selalu saja disebut-sebut didalamnya, tapi aku sama sekali tidak pernah bersuara sedikitpun, hanya menatap dan mengalirkan air mata..atau mungkin tersenyum secukupnya.
hanya memandangi dan mendengarkan mereka satu persatu, aku masukkan dalam memoriku dan kemudian aku peri lagi setelah mereka selesai. Aku rasa itu cukup.
Kau tau hidup mereka, beberapa orang itu disana hanya ada 2 jenis, dari 5 orangnya..sedang bertahan untuk hidup, sedang yang satu nya..sedang hidup untuk bertahan. keliama orang ini.. ada yang sedang benar-benar indah sangat hidupnya dengan kesadaran akan hai yang membuncah luap, yang berikutnya, dia sedang dalam proses logis dengan kecemasan yang tersimpan tipis, yang satunya adalah bongkahan semangat yang tidak tahu kapan akan memecah jadi uraian karya, yang satunya kemudian, hidup dengan optimisme yang lumayan stabil dan kesederhanaan yang membuatnya terus jalan saja tanpa peduli langit akan tersentuh ataupun tidak, mungkin karena tidak pernah memikirkannya. dan yang terakhir..yang satu ini, cukup logis dan sederhana, berjalan dengan segala yang masih ada dan yang ini lebih representatif untuk kalimat bertahan.untuk hidup. jenis yang satunya, yang paling berbeda, dia hanya punya keluhan pasrah dihatinya, dia tidak henti=hentinya memandangi langit, mungkin sesak. tapi..aku tidak yakin dia baik-baik saja.
Pagi ini hanya melongong dengan langit yang kadang keengganan muncul. hanya itu saja.
setidaknya terimakasih untuk hari ini/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar